Pentas Kangen yang digelar oleh Studio Seni Krida Kumara Çamhita (KaKaSya) berhasil menuai decak kagum, tak terkecuali dari Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat. Pertunjukan teater yang penuh kejutan ini dipentaskan pada Sabtu malam, 14 Juni 2025, di Studio UB TV.
Pentas tersebut mengangkat cinta segitiga antara Dewi Anjarwati, bangsawan dari Gunung Kawi, dengan Raden Baron Kusuma dari Gunung Arjuna dan Awi Kumbara, seorang berandal yang juga teman masa kecilnya.
Dewi Anjarwati melanggar pamali untuk menghindar dari kejaran Awi Kumbara. Hingga akhirnya terjadilah tragedi besar saat perjalanannya dihadang oleh Jaka Lelana.
Tragedi tersebut membuat tewasnya Raden Baron Kusuma dan Jaka Lelana usai duel tragis. Dewi Anjarwati bersumpah tetap menanti sang suami di balik air terjun.
Wahyu Hidayat memberikan apresiasi tinggi atas terselenggaranya gelaran tersebut.
"Saya mengapresiasi, saya memang sengaja datang kesini ingin melihat langsung, katanya tadi ini kangenan ya, tapi luar biasa endingnya tidak bisa ditebak," ujar Wahyu.
Awalnya ia mengira cerita akan berakhir bahagia. Namun tanpa dikira, cerita tentang Legenda Coban Rondo itu justru berakhir sedih.
"Saya tadi berpikir akan happy ending, ternyata sad ending. Prediksi saya salah berarti. Jalan ceritanya tidak bisa ditebak. Ternyata ini legenda cerita Coban Rondo ya. Menonjolkan kearifan lokal," lanjutnya.
Pentas tersebut menjadi dorongan untuk terus mengangkat budaya lokal khususnya Malangan. Terlebih anak muda perlu mendapatkan alternatif tontonan selain budaya dari luar negeri.
"Malang khasnya luar biasa, ternyata budaya kental sekali. Dari yang kecil hingga besar. Bahwa ada budaya-budaya yang kita kenal, kalau dulu anak muda tontonannya drama Korea, ke depan kita harus bikin drama Malangan," ucapnya.
Berdiri sejak 1981, Studio Seni KaKaSya dikenal rutin mengadakan program edukasi yang memadukan budaya dan sejarah dalam setiap pertunjukannya. Pentas Kangen tersebut digelar teater lintas generasi dengan tema Galeri Kisah Nusantara.
Terdapat tiga naskah dengan lakon utama berjudul “Air Terjun Penantian” karya A Ulum. Sedangkan dua penampilan lain sebagai pentas pembuka ialah “Puncak Asmara Desa Dadapan” karya Wahyu Prabowo dan “Petak Umpet” karya Alfanul U.
Produser pentas dan penanggungjawab program, Made Suprapto, menjelaskan bahwa Pentas Kangen ini menjadi wisata edukasi budaya.
"Menandai 44 tahun berkarya, Studio Seni KaKaSya menghadirkan Pentas Kangen salah satunya untuk ajang reuni seluruh anggota lintas generasi. Sekaligus kami ingin kembali aktif berkontribusi di kancah seni pertunjukan di Kota Malang," ungkap Made Suprapto.
Menurutnya, minat anak muda akan seni pertunjukkan masih memperlihatkan tren positif. Melalui kolaborasi lintas generasi, ruang untuk seni teater berkisah tradisional dapat semakin terbuka lebar.
"Harapan kami, Pentas Kangen tidak hanya menjadi tontonan kekinian, tapi juga tuntunan yang mengangkat nilai-nilai budaya dan sejarah. Ini adalah bentuk penghormatan terhadap kekayaan kisah Nusantara," tambahnya.
Sutradara naskah Air Terjun Penantian, Alfanul Ulum, menjelaskan penampilan tersebut menjadi bagian dalam meluruskan sejarah dan mitos yang berkembang di masyarakat.
"Kami ingin menghadirkan kembali kisah-kisah lokal dengan pendekatan yang lebih segar dan edukatif, terutama kepada generasi muda. Mitos Dewi Anjarwati sebagai penunggu Coban Rondo selama ini kerap disalahpahami. Melalui pertunjukan ini, kami ingin mengembalikan narasi yang lebih adil dan bernilai budaya," terangnya.
Selama ini Dewi Anjarwati dikenal sebagai penunggu Coban Rondo yang dapat mengganggu pasangan kekasih yang datang ke sana.
"Kami ingin menyuguhkan narasi alternatif yang lebih adil dan bernuansa budaya. Kisah Dewi Anjarwati selama ini sering direduksi menjadi mitos negatif, padahal ada sisi kemanusiaan dan kesetiaan yang dalam di baliknya," ujarnya. (*)
Jurnalis: Lutfia Indah
Editor: Aziz Mahrizal